Tentang Syair - Puisi-Puisi Nizar Qabbani
Tentang Syair - Puisi-Puisi Nizar Qabbani
Di Posting Oleh : Admin
Kategori : Puisi Blog Tutorial, Teknologi dan Kesehatan: Mangaip Blog | Berita Terkini dan Terbaru: Terbaru.co.id | Watch Or Download Latest Movie: Filmer Film
Di Posting Oleh : Admin
Kategori : Puisi Blog Tutorial, Teknologi dan Kesehatan: Mangaip Blog | Berita Terkini dan Terbaru: Terbaru.co.id | Watch Or Download Latest Movie: Filmer Film
Syair Puisi-Puisi Nizar Qabbani

1
Kawan
Kata-kata lama telah mati.
Buku-buku lama telah mati.
Pembicaraan kita mengenai lubang seperti sepatu usang telah mati.
Mati adalah pikiran yang mengarahkan pada kekalahan.
2
Puisi-puisi kami sudah basi.
Rambut perempuan, malam hari, tirai, dan sofa
Sudah basi.
Segalanya sudah basi.
3
Negeri duka-citaku,
Secepat kilat
Kau merubah aku dari seorang penyair yang menulis puisi-puisi cinta
Menjadi seorang penyair yang menulis dengan sebilah pisau.
4
Apa yang kami rasa lebih dari sekadar kata-kata:
Kami harus malu lantaran puisi-puisi kami.
5
Dikendalikan oleh omong kosong Oriental,
Oleh sombongnya keangkuhan yang tak pernah membunuh seekor lalat pun,
Oleh biola dan beduk,
Kami pergi berperang,
Lalu menghilang.
6
Teriakan kami lebih lantang ketimbang tindakan kami,
Pedang kami lebih panjang ketimbang kami,
Inilah tragedi kami.
7
Pendeknya
Kami mengenakan jubah peradaban
Namun jiwa kami hidup di zaman batu.
8
Kau tak memenangkan perang
Dengan buluh dan seruling.
9
Ketaksabaran kami
Membayar kami lima puluh ribu tenda baru.
10
Jangan mengutuk sorga
Jika ia membuang dirimu,
Jangan mengutuk keadaan,
Tuhan memberi kemenangan pada siapa yang Ia kehendaki
Tuhan bukanlah seorang pandai yang dapat kau minta menaklukan senjata.
11
Betapa menyakitkan mendengar berita pagi hari
Betapa menyakitkan mendengar salak anjing.
12
Musuh-musuh kami tak melintasi perbatasan kami
Mereka merayap melalui kelemahan kami seperti semut.
13
Lima ribu tahun
Janggut tumbuh
Di goa-goa kami.
Mata uang kami tak diketahui,
Mata kami sebuah surga bagi serangga.
Kawan,
Bantinglah pintu,
Cucilah otakmu,
Cucilah pakaianmu.
Kawan,
Bacalah buku,
Tulislah buku,
Tumbuhkan kata-kata, anggur dan delima,
Berlayarkah ke negeri kabut dan salju.
Tak seorang pun tahu kau hidup di goa-goa.
Orang-orang mengambilmu untuk pengembangbiakan anjing liar.
14
Kami adalah orang berkulit tebal
Dengan jiwa yang kosong.
Kami habiskan hari-hari kami dengan belajar sihir,
Main catur dan tidur.
Adakah kami “Bangsa di mana Tuhan memberkati manusia?”
15
Minyak gurun kami bisa menjadi
Belati nyala api dan api.
Kamilah aib bagi nenek moyang kami yang mulia:
Kami biarkan minyak kami mengalir lewat jemari kaki para pelacur
16
Kami berlari serampangan di jalan-jalan
Menarik orang-orang dengan tali,
Menghancurkan jendela dan kunci.
Kami memuji bagai katak,
Mengubah orang kerdil jadi pahlawan,
Dan pahlawan menjadi sampah:
Kami tak pernah berhenti dan berpikir.
Di mesjid
Kami tertunduk malas
Menulis puisi-puisi,
Pepatah-pepatah,
Memohon pada Tuhan untuk kemenangan
Atas musuh kami.
17
Jika aku tahu aku akan datang tanpa kesalahan,
Dan dapat melihat Sultan,
Inilah yang akan kukatakan:
‘Sultan,
Anjing-anjingmu yang liar merobek pakaianku
Mata-matamu mengintaiku
Mata mereka mengintaiku
Hidung mereka mengintaiku
Kaki mereka mengintaiku
Mereka mengintaiku bagai Takdir
Menginterogasi istriku
Dan mencatat nama-nama kawanku.
Sultan,
Saat aku mendekati dindingmu
Dan bicara mengenai lukaku,
Tentara-tentaramu menyiksaku dengan boot mereka,
Memaksaku memakan sepatu.
Sultan,
Kau kehilangan dua perang,
Sultan,
Setengah rakyat kita tanpa lidah,
Apalah gunanya seorang manusia tanpa lidah?
Setengah rakyat kita
Terjebak bagai semut dan tikus
Di sela dinding.’
Jika aku tahu aku akan datang tanpa kesalahan,
Akan kukatakan padanya:
‘Kau kehilangan dua perang
Kau kehilangan kontak dengan anak-anak.’
18
Jika kami tak mengubur persatuan kami
Jika kami tak merobek tubuh-tubuh segar dengan bayonet
Jika ia berdiam di mata kami
Anjing-anjing tak kan mencincang daging kami membabi-buta.
19
Kami tidak menginginkan sebuah generasi yang marah
Untuk membajak langit
Untuk meledakkan sejarah
Untuk meledakkan pikiran-pikiran kami.
Kami menginginkan sebuah generasi baru
Yang tak memaafkan kesalahan
Yang tak membungkuk.
Kami menginginkan sebuah generasi raksasa.
20
Anak-anak Arab,
Telinga jagung masa depan,
Kalian akan memutuskan rantai kami,
Membunuh opium di kepala kami,
Membunuh ilusi.
Anak-anak Arab,
Jangan membaca generasi kami yang tercekik,
Kami hanyalah sebuah kotak tanpa harapan.
Kami sama tak berharganya dengan kulit semangka.
Jangan baca kami,
Jangan turuti kami,
Jangan terima kami,
Jangan terima pikiran kami,
Kami hanyalah bangsa bajingan dan pemain akrobat.
Anak-anak Arab,
Hujan musim semi,
Telinga jagung masa depan,
Kalian adalah generasi
Yang akan mengatasi kekalahan.

BACA JUGA: Biografi Nizar Qabbani (Sastrawan Arab Modern)syair
1
Kawan
Kata-kata lama telah mati.
Buku-buku lama telah mati.
Pembicaraan kita mengenai lubang seperti sepatu usang telah mati.
Mati adalah pikiran yang mengarahkan pada kekalahan.
2
Puisi-puisi kami sudah basi.
Rambut perempuan, malam hari, tirai, dan sofa
Sudah basi.
Segalanya sudah basi.
3
Negeri duka-citaku,
Secepat kilat
Kau merubah aku dari seorang penyair yang menulis puisi-puisi cinta
Menjadi seorang penyair yang menulis dengan sebilah pisau.
4
Apa yang kami rasa lebih dari sekadar kata-kata:
Kami harus malu lantaran puisi-puisi kami.
5
Dikendalikan oleh omong kosong Oriental,
Oleh sombongnya keangkuhan yang tak pernah membunuh seekor lalat pun,
Oleh biola dan beduk,
Kami pergi berperang,
Lalu menghilang.
6
Teriakan kami lebih lantang ketimbang tindakan kami,
Pedang kami lebih panjang ketimbang kami,
Inilah tragedi kami.
7
Pendeknya
Kami mengenakan jubah peradaban
Namun jiwa kami hidup di zaman batu.
8
Kau tak memenangkan perang
Dengan buluh dan seruling.
9
Ketaksabaran kami
Membayar kami lima puluh ribu tenda baru.
10
Jangan mengutuk sorga
Jika ia membuang dirimu,
Jangan mengutuk keadaan,
Tuhan memberi kemenangan pada siapa yang Ia kehendaki
Tuhan bukanlah seorang pandai yang dapat kau minta menaklukan senjata.
11
Betapa menyakitkan mendengar berita pagi hari
Betapa menyakitkan mendengar salak anjing.
12
Musuh-musuh kami tak melintasi perbatasan kami
Mereka merayap melalui kelemahan kami seperti semut.
13
Lima ribu tahun
Janggut tumbuh
Di goa-goa kami.
Mata uang kami tak diketahui,
Mata kami sebuah surga bagi serangga.
Kawan,
Bantinglah pintu,
Cucilah otakmu,
Cucilah pakaianmu.
Kawan,
Bacalah buku,
Tulislah buku,
Tumbuhkan kata-kata, anggur dan delima,
Berlayarkah ke negeri kabut dan salju.
Tak seorang pun tahu kau hidup di goa-goa.
Orang-orang mengambilmu untuk pengembangbiakan anjing liar.
14
Kami adalah orang berkulit tebal
Dengan jiwa yang kosong.
Kami habiskan hari-hari kami dengan belajar sihir,
Main catur dan tidur.
Adakah kami “Bangsa di mana Tuhan memberkati manusia?”
15
Minyak gurun kami bisa menjadi
Belati nyala api dan api.
Kamilah aib bagi nenek moyang kami yang mulia:
Kami biarkan minyak kami mengalir lewat jemari kaki para pelacur
16
Kami berlari serampangan di jalan-jalan
Menarik orang-orang dengan tali,
Menghancurkan jendela dan kunci.
Kami memuji bagai katak,
Mengubah orang kerdil jadi pahlawan,
Dan pahlawan menjadi sampah:
Kami tak pernah berhenti dan berpikir.
Di mesjid
Kami tertunduk malas
Menulis puisi-puisi,
Pepatah-pepatah,
Memohon pada Tuhan untuk kemenangan
Atas musuh kami.
17
Jika aku tahu aku akan datang tanpa kesalahan,
Dan dapat melihat Sultan,
Inilah yang akan kukatakan:
‘Sultan,
Anjing-anjingmu yang liar merobek pakaianku
Mata-matamu mengintaiku
Mata mereka mengintaiku
Hidung mereka mengintaiku
Kaki mereka mengintaiku
Mereka mengintaiku bagai Takdir
Menginterogasi istriku
Dan mencatat nama-nama kawanku.
Sultan,
Saat aku mendekati dindingmu
Dan bicara mengenai lukaku,
Tentara-tentaramu menyiksaku dengan boot mereka,
Memaksaku memakan sepatu.
Sultan,
Kau kehilangan dua perang,
Sultan,
Setengah rakyat kita tanpa lidah,
Apalah gunanya seorang manusia tanpa lidah?
Setengah rakyat kita
Terjebak bagai semut dan tikus
Di sela dinding.’
Jika aku tahu aku akan datang tanpa kesalahan,
Akan kukatakan padanya:
‘Kau kehilangan dua perang
Kau kehilangan kontak dengan anak-anak.’
18
Jika kami tak mengubur persatuan kami
Jika kami tak merobek tubuh-tubuh segar dengan bayonet
Jika ia berdiam di mata kami
Anjing-anjing tak kan mencincang daging kami membabi-buta.
19
Kami tidak menginginkan sebuah generasi yang marah
Untuk membajak langit
Untuk meledakkan sejarah
Untuk meledakkan pikiran-pikiran kami.
Kami menginginkan sebuah generasi baru
Yang tak memaafkan kesalahan
Yang tak membungkuk.
Kami menginginkan sebuah generasi raksasa.
20
Anak-anak Arab,
Telinga jagung masa depan,
Kalian akan memutuskan rantai kami,
Membunuh opium di kepala kami,
Membunuh ilusi.
Anak-anak Arab,
Jangan membaca generasi kami yang tercekik,
Kami hanyalah sebuah kotak tanpa harapan.
Kami sama tak berharganya dengan kulit semangka.
Jangan baca kami,
Jangan turuti kami,
Jangan terima kami,
Jangan terima pikiran kami,
Kami hanyalah bangsa bajingan dan pemain akrobat.
Anak-anak Arab,
Hujan musim semi,
Telinga jagung masa depan,
Kalian adalah generasi
Yang akan mengatasi kekalahan.
Post a Comment for "Tentang Syair - Puisi-Puisi Nizar Qabbani"